Bayani Amri Putri Blog's

Bayani Amri Putri Blog's

Selasa, 19 April 2011

Bali terancam jadi kota Sampah

Volume sampah perkotaan di Bali setiap hari rata-rata mencapai 5.094 meter kubik, kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Anak Agung Gde Alit Sastrawan di Denpasar, Minggu (2/5).



Namun, diakuinya, belum seluruh sampah itu dapat ditangani secara tuntas. Oleh karena itu, dia mengajak masyarakat setempat untuk berperan serta dalam menangani masalah tersebut.

"Apalagi Bali telah mencanangkan 'Pulau Bersih dan Hijau' (Bali Clean and Green). Karena itu, masalah sampah harus dapat ditangani secara tuntas," katanya menegaskan.

Masyarakat, kata dia, hendaknya mempunyai kesadaran dan tanggung jawab yang besar terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Alit Sastrawan berharap masyarakat membuang sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan. Hal ini akan mempermudah petugas kebersihan ketika memungut dan mengangkutnya ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.

Perilaku masyarakat yang demikian itu, kata Alit Sastrawan, secara tidak langsung mendukung program Bali bersih dan provinsi hijau yang dicanangkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Wakil Gubernur Bali A.A.N. Puspayoga.

Sampah dan masalah kebersihan di Bali, menurut Gubernur Pastika, menjadi keluhan utama wisatawan mancanegara di Pulau Dewata.

Selain sampah ada sepuluh masalah lainnya yang menjadi sorotan wisatawan. Dia berharap masalah itu ditangani dengan baik agar Bali tetap menjadi daerah tujuan wisata masyarakat internasional.

Masalah yang menjadi sorotan turis, di antaranya kemacetan lalu lintas dan atrean yang panjang di Bandara Ngurah Rai, Bali, baik kedatangan maupun keberangkatan.

"Hal itu menjadi tanggung jawab bersama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang selama ini menjadi sorotan wisatawan," kata Pastika.

Selain sampah, masalah yang kini juga dihadapi Bali menyangkut air permukaan yang telah mengalami tekanan secara signifikan, baik kualitas maupun kuantitas.

Empat buah danau mengalami sedimentasi dan pendangkalan, air bawah tanah pada daerah-daerah padat aktivitas pariwisata terintrusi air laut.

Masalah lain, yakni abrasi pantai, kerusakan terumbu karang, kerusakan vegetasi hutan mangrove, dan pencemaran air laut. Semuanya itu, menurut Gubernur Pastika, akibat perilaku manusia yang mengabaikan aspek-aspek kelestarian lingkungan hidup.

Oleh sebab itu, dia memandang perlu tindakan nyata untuk mencegah dan melarang aktivitas industri-industri yang mencemari lingkungan hidup.

Gubernur Pastika lantas berharap pemprov dengan pemkab/pemkot serta seluruh komponen masyarakat di Bali bekerja sama dengan baik dalam mengatasi pelbagai masalah itu.
sumber : http://melandasipelaut.blogspot.com/2011/04/sampah-di-kota-bali.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar