Bayani Amri Putri Blog's

Bayani Amri Putri Blog's

Rabu, 30 Maret 2011

Petualang Menuju Puncak

Petualang Menuju Puncak
Masa liburan memang menjadi masa-masa paling indah untuk mencari tempat liburan. Seperti halnya yang kami lakukan ini. Moment pembagian rapor memang menjadi moment-moment paling menegangkan bagi kami. Moment tersebut merupakan awal dari kami menuju puncak yang lebih tinggi. Setelah diumumkan, serta dibagikan, rasa senang, gembira, bahagia, kecewa, sedih, serta marah melebur menjadi satu rasa dengan kuatnya “cinta dan perhasabatan”. Karena kelas kami mendapat 3 buah piala yang dipersembahkan oleh anak-anak terbaik kelas kami dan membawa pula hasil yang memuaskan serta mendapat uang saku. Terlintas sejenak untuk kita menuangkan segala perasaan tersebut ke sebuah tempat. Ya, kami terfikir tentang bukit. Tepatnya di bukit Wonosari, kec,gadingrejo kab.Pringsewu, Lampung. Beberapa anak tahu jalan menuju tempat tersebut, selain ada Meva dan juga Asep sebagai anak asli wonosari juga ada Rojali yang pernah mengabdi selama 6 tahun di SD Wonosari.
Petualang dimulai dari mendata siapa saja yang akan ikut ke Bukit. Beberapa anak-anak memang ada yang tidak ikut dikarenakan keterbatasan kendaraan dan adanya keperluan lain. Walaupun hal itu cukup membuat kami risau untuk bepergian tapi semangat kami tak akan pernah padam hanya dengan satu dua orang yang tak ikut. Setelah semua berkumpul, terkumpul anak-anaknya diantaranya adalah Arifah, Arum (mami,emak), Asep (ciripa), Anisa (curut), Bayani, Dwi (weh), Ega, Jefri (uje’), Handri (kecap), Ikhsan (tembong), Mafia, Meva, Imas (iim), Afifah (pipeh), Lindou, Ria (mataram, kuno), Rojali. Jumlah semuanya adalah 17 orang. Kami mengawali dengan mempersiapkan segala sesuatu yang akan kami lakukan di sana. Pertama-tama kami mengecek jumlah kendaraan dengan jumlah anak-anaknya. Setelah itu kami membeli buah-buahan serta minuman bersoda di pasar untuk perbekalan mendaki. Setelah semua siap, kami berangkat menuju rumah Meva sebagai Post/Base camp kami. Disana Meva mempunyai pohon jambu air yang sedang berbuah dan pastinya menggugah selera. Alhasil Tembong, Rojali, Asep dan Dwi tak sabar untuk naik ke atas dan memetik buahnya. Satu plastik berukuran lumayan besar berisi jambu air + nanas segar 2 biji + minuman bersoda Sprits berukuran besar dan air mineral botol Grand, rasanya cukup untuk perbekalan mendaki. Sebelum perbekalan, waktu menunjukkan pukul 11.56, itu tandanya tak kurang dari 10 menit lagi adzan dzuhur tiba. Rumah Meva terletak tepat di sebelah kanan Masjid sehingga memudahkan kami untuk sholat, kami berwudhu terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan sholat berjamaah.
Matahari sedang bersemangat mememerkan teriknya. Cacing-cacing di perut pun mulai menendang-nendang. Rasa lapar yang tak tertahan membuat kami menghentikan rencana ke bukit dan menuju warung bakso yang ada diseberang jalan rumah Meva. Kami makan di warung bakso dengan gratis karena dibayar menggunakan uang hasil lomba kemarin. Pukul 13.00, tanpa membuang-buang waktu lagi, kami bergegas menuju puncak bukit tertinggi di Wonosari tersebut. Pendakian dipimpin dan dikomandoi oleh Asep dan beberapa anak-anak laki-laki. Matahari yang yang sedari tadi bergejolak kemudian terkalahkan oleh gumpalan awan tebal yang menggulung hitam, seolah melahap besarnya matahari dengan sekali hantam di sertai angin kencang yang seolah menghempaskan tubuh kami hingga pakaian kami rasanya mau copot dibuatnya.

Tapi semagat kami tak pernah padam walau matahari telah tertelan gumpalan awan. Kami tetap melanjutkan pendakian. Beberapa anak sudah mulai mendaki bukit tersebut sedangkan sisanya masih berada di bawah. Dengan sekali dentuman keras halilintar, hujanpun langsung menerpa kami. Beberapa orang yang sudah naik ke atas memilih untuk tetap di atas dikarenakan jalan menuju ke bawah licin serta hujan semakin deras. Anak-anak yang berada di atas berteduh dibawah pohon dan memayungi tubuhnya dengan daun jati yang lebar, sedangkan anak-anak yang di bawah memilih untuk berteduh di gubuk-gubuk para pembuat batu bata.

Tak sampai 30 menit, matahari kembali membara dan membelah gumpalan awan tersebut dengan membawa teriknya kembali. Kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Separuh bukit telah kami daki, kami pun menghela nafas panjang dan beristirahat sebentar sembari menunggu anak-anak yang dibawah menyusul kami. Pemandangan di bukit memang luar biasa indah. Pesona alam pedesaan yang terhampar luas dengan hijaunya sawah-sawah petani membuat pengalaman tersendiri bagi kami. Kini tibalah dipuncak tertinggi, puncak yang selalu kami idam-idamkan. Kami beristirahat dan membersihkan rumput-rumput jarum yang menempel di rok dan celana kami. Rasa dahaga pun melanda kami, kami berebut minuman untuk sekedar membasahi tenggorokan kami.
Tak lama kemudian kami mulai membuka satu persatu bekal yang kami bawa. Kamipun bersama-sama melahap semua bekal yang kami bawa hingga tak tersisa satu pun. Kenyang dengan bekal yang kami makan, kami mulai berjalan melihat-lihat pesona dari atas bukit, kemudian kami berkumpul, bercerita, tertawa dengan gembira seolah lupa dengan hasil rapor kami. Kami berfoto dan kami berteriak sekuat-kuatnya dari atas bukit.


Meneriakan segala macam apa yang ada difikiran kita. Hal tersebut cukup membuat kami lega karena segala beban pikiran telah kami luapkan di bukit ini walau tidak sedikit yang masih tersimpan di hati. Tapi tak mengapa, yang jelas pengalaman bertualang ini membuat kami senang, gembira dan bahagia. Petualangan ini merupakan pengalaman yang terakhir dari semester 1 ini karena 2 minggu ke depan kami akan berpisah dengan liburan kami masing-masing. Finally, kami turun dan pulang menuju rumah masing-masing.

1 komentar:

  1. indahnya libur bersama teman dan sahabat adalah moment2 paling bahagia untuk sejenak menghibur diri dari segala aktivitas yang mendera seharian. good luck for juciwa

    BalasHapus